Kenapa Tidak Berikan “Ruang” Lebih pada Anak-Anak Yatim?!

Oleh Yusuf Zain SPd
Sekretaris Pengurus Yayasan Yatim Mandiri
Latar belakang lahirnya Program Bantuan Dana Pendidikan (BDP) Yatim setidaknya ada 3 (tiga), yaitu: yang pertama kondisi riilnya, anak-anak yatim kesulitan biaya sekolah atau biaya pendidikan. Kemudian, yang kedua, saya melihat, anak-anak yatim yang berpotensi banyak sekali jumlahnya. Mereka yang punya IQ cukup bagus cukup banyak. Dan, yang ketiga, mereka harus diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan. Ya, minimal waktu itu, saya berpikir meliputi tingkat SD, SMP, SMU. Jadi, anak yatim itu harus diberi saluran atau kesempatan. Nah, maka harus dicarikan OTA (orang tua asuh).

Dalam prosesnya memang tidak segampang membalikkan tangan, ketika program itu disosialisasikan kepada masyarakat. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, program itu terus mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat, di mana anak SD yang mendapatkan OTA semakin banyak, demikian pula anak SMP dan SMU. Ini menjadi tantangan tersendiri atau amanah bagi kita di Yatim Mandiri.
Seperti sudah dimaklumi bersama, pendidikan dan keterampilan adalah hal yang sangat mutlak, atau kebutuhan mendasar. Kalau kita berbicara soal daya saing, maka di situ sebenarnya kita sedang berbicara soal pendidikan dan keterampilan. Juga, apabila kita berbicara masalah zaman – yaitu bagaimana kita menyiapkan anak agar siap menghadapi kondisi zamannya – maka di situ sesungguhnya kita tengah memperbicangkan masalah bagaimana sesungguhnya kita mendesain atau memberikan kesempatan pendidikan dan keterampilan yang terbaik bagi anak-anak kita. Sebab, sesungguhnya menghadapi zaman itu, ya dengan cara terus meningkatkan kemampuan diri. Kalau sekarang, misalnya, ada zaman krisis global dan sebagainya, maka jawabannya adalah memberikan pendidikan dan keterampilan yang layak sebaik dan setinggi mungkin, karena dengan cara seperti itu anak akan lebih mampu bersaing. Jadi, untuk bisa bersaing, kata kuncinya adalah pendidikan dan keterampilan. Kalau kita berbicara global sedikit, yaitu masalah bangsa unggul, itu karena aset SDM-nya unggul. Kita lihat misalnya Singapura, negara ini tidak punya sumber alam seperti Indonesia. Tapi, aset SDM-nya yang luar biasa, yang diperoleh dari pendidikan dan keterampilan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam itu SDM-nya tidak tinggi, maka sudah pasti Singapura akan jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Program BDP merupakan sarana untuk memberikan kesempatan pendidikan. Maksudnya, dengan anak-anak yatim dibantu biaya pendidikannya, mereka akhirnya mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan keterampilan. Seumpama mereka tidak punya biaya untuk sekolah, maka kesempatan pendidikan mereka tidak ada. Jadi, BDP sebenarnya ingin meraih aset SDM yang unggul seperti yang saya jelaskan tadi. Sebab, pada hakikatnya pula, BDP itu untuk meringankan dan membantu biaya pendidikan. Saya berharap dengan pendidikan yang baik anak-anak yatim betul-betul tidak sekadar mandiri, tapi bagaimana anak-anak kita sebagai aset kita itu bisa memberikan nilai plus yang banyak kepada lingkungan di mana dia tinggal esok. Nah, mengapa kita tidak memberikan “ruang” yang lebih kepada anak-anak kita, tidak memberikan “kesempatan” yang lebih kepada anak-anak kita, karena siapa tahu nanti dia akan tumbuh atau berkembang menjadi anak-anak yang betul-betul mempunyai potensi dan betul-betul menjadi anak-anak yang bisa memberikan nilai plus yang besar bagi lingkungan di mana dia tinggal. Dan itu mudah-mudahan menjadi amal jariyah bagi kita semua, terutama OTA yang membantu mereka.
Alhamdulillah, dan subhanallah, program ini berkembang pesat, dengan peningkatan yang luar biasa, jumlah OTA yang sudah ribuan, kemudian jumlah donasi sekarang sudah angka miliar. Saya berharap dengan capaian ini, anak-anak yatim semuanya bisa terdata, baik di dalam panti maupun yang di luar panti, sehingga lembaga ini bisa menfasilitasi sebagai mediator antara OTA dan anak asuhnya. Kemudian berbicara hal yang perlu diperbaiki, pertama, saya ingin laporan perkembangan anak yatim penerima BDP bisa disampaikan melalui website, sehingga setiap OTA bisa melihat anak asuhnya, dan juga data-data anak yatim yang memerlukan OTA itu bisa ditampilkan di website itu. Kedua, kerja sama antara Yatim Mandiri, panti, koordinator yatim non panti perlu ditingkatkan, khususnya masalah data anak. Ketiga, kita di Yatim Mandiri harus terus meningkatkan sosialisasi program BDP ini. Yang keempat, saya juga berharap tingkat pendidikan yang dapat BDP sampai universitas. Kelima, saya ingin ada kegiatan semacam festival sains khusus bagi anak-anak yatim penerima BDP. Dan, yang keenam, saya juga ingin pengasramaan khusus bagi anak-anak yatim penerima BDP yang prestasinya betul-betul menonjol. Dengan demikian, insya Allah, tidak ada anak yatim yang tidak memperoleh kesempatan pendidikan dan keterampilan. Dengan begitu pula, program ini saya yakin masih akan terus diminati masyarakat. (ach)

Comments :

0 komentar to “Kenapa Tidak Berikan “Ruang” Lebih pada Anak-Anak Yatim?!”

Posting Komentar

 

Sobat Yatim

Join the Mailing List
Enter your name and email address below:
Name:
Email:
Subscribe  Unsubscribe